Coretan ini adalah hasil mengaji dari Sunan Jogo Kali, putunya Sunan Ngudung. Meskipun sosok beliau kini entah dimana, namun ajarannya terpatri di qalbuku. Semoga catatan ini juga menjadi obat pelepas rindu terhadap siapapun yang pernah mengenal sosoknya yang ngangeni itu. Inilah uraiannya.
Hidup itu harus bisa membaca, terutama membaca “diri sendiri”. Apabila tak dapat membaca niscaya menjadi orang bodoh. Jikalau kamu bodoh — jangan seperti hewan, demikian pula bila pintar — janganlah kau seperti setan. Buat apa mengurus orang lupa? Lupa diri – lupa akan Tuhannya. Itu tergolong orang bingung, sebab menuruti (benar) kehendak sendiri, padahal yang benar adalah menurut kehendak (aturan) dari Tuhannya. Tahukah engkau, bahwa hakiki “mengenal diri” itu identik dengan belajar kematian? Dan jangan menunggu saat ajal menjemput, sedang kamu kini banyak waktu. Jangan sampai terlambat. Yang pasti, belajarlah dari sekarang bagaimana caranya kembali. Kenapa? Betapa (kembali) pulang kepada-Nya tak bakal bersama kawan, juga tanpa bawaan kecuali tiga hal. Pertama, amal yang ikhlas seperti sumur kang nyumber; kedua, anak yang soleh ibarat bondo tanpo rekoso, dan ketiga, ilmu yang bermanfaat laksana tandur kang sumebar.
Kenapa kita harus membaca diri? Ya, oleh karena huruf atau aksara Al Qur’an itu ternyata ada dalam tubuh kita masing-masing, sekaligus makna-maknanya. Antara lain sebagai berikut:
1) Huruf Alif itu artinya “AKU”. Dimana ia dalam tubuh kita? Tempatnya di FARJI (maaf, kemaluan masing-masing). Dan ingatlah ketika Dia membangunkan kalian di waktu subuh. Dia yang “berdiri sendiri,” tetapi banyak yang salah menanggapi, mengapa? Karena begitu si Farji bangun justru dibuat ‘kumpul’ sama isterinya? Bukannya menghadap syukur lewat sholat kepada yang membangunkan.
Arti Tersiratnya “BARANG SIAPA YANG INGIN MENGHARAPKAN PERJUMPAAN DENGAN TUHANNYA MAKA HARAP MENJAGA ‘FARJI’-NYA.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” An Nuur: 30; Al Mukminuun: 5; Al Ma’aru 70 : 29. Sedangkan untuk perempuan menjaga Farjinya ada di ayat An Nuur: 31.
2) Huruf Ba’. Letaknya di puser. Maknanya, kita harus menjaga makanan yang dikonsumsi. Oleh karena memakan barang haram hakikatnya seperti memakan api.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih” (Al Baqarah ” 174).
Ada ayat lagi: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya” (Abasa: 24)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (At Taghobun: 14)
Apabila kita salah memberi makanan —tidak halal— maka akan timbul tanduk di kepala sang anak, siapa yang bakal diseruduk kali pertama adalah orang tuanya. Jika si Fulan belum mempunyai anak, maka yang ditanduk adalah hatinya sendiri. Ia selalu was-was.
3) Huruf Ta’. Letaknya di susu (dada). Maknanya ialah siapa yang datang kepada Allah harus dengan hati yang ikhlas. Sebab dada lambang keiklasan.
Ayatnya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).” (Al A’laa: 14), dan ada lagi: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu” (As Syams: 9).
4) Huruf Tsa’. Letaknya di tenggorokan yang mirip huruf Tsa’. Simbol dari kesabaran. Ayatnya: Innallaaha Ma asshoobiriinn = Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Sedang ayat yang lebih mengarah adalah di bawah ini:
“BARANG SIAPA YANG BERTANYA TENTANG AKU MAKA JAWABLAH SESUNGGUHNYA AKU LEBIH DEKAT DARPADA URAT LEHER”.
Maksudnya, kita harus menjaga dari “kematian” (BERSABAR).
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (Al Baqarah: 45).
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al Baqarah: 153; 177, 249).
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (Ali Imran: 142 dan 146, 186).
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al Anfaal: 46, Huud: 115).
5) Huruf Jim. Letaknya di dagu. Ya, dagu mirip dengan huruf Jim. Maknanya, jangan sekali-kali kalian berbohong dengan Tuhannya. Jangan kamu membuat “guyonan,” maka Allah akan mengolok-olokmu!
Misalnya, belum berzakat namun mengatakan sudah membayar zakat, atau bilang sama anaknya, ayo shalat dulu, sedang ia sendiri tidak shalat. Istilahnya “jarkoni” — iso ngajari gak iso nglakoni.
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok” (Al Baqarah: 14).
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka” (Al Baqarah: 15).
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (At Taubah: 65).
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan” (Lukman: 6).
“Supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah)” (Az Zumar: 56).
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, “Mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka” dan mereka dikepung oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu” (Al Mukmin: 83).
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat” (Al Jaatsiyah: 35).